Simak asal usul tanda baca yang mungkin belum kamu tahu ini

Pernah bertanya-tanya nggak bagaimana asal usul tanda baca dan kenapa kita harus pakai tanda baca waktu menulis? Padahal kan nulis kayak gini aja itu enak banget gak perlu tekan shift atau ngabisin waktu mikir ini enaknya pakai koma tanda seru tanda tanya atau tanda titik ngetik juga cepet selesai pula ya kan nah enak kan kalau nulisnya kayak gini dijamin kamu sekarang gos-ngosan dan bingung ini maksudnya apa Ngehits aja yang nulis begini juga ngos-ngosan kok hosh. Udah balik pakai tanda baca lagi.

Usut punya usut, orang jaman dulu memang nulis tanpa tanda baca. Mungkin jaman dulu enak-enak aja kali ya baca tulisan tanpa tanda baca. Tergantung kita mau kasih jeda dan berhenti dimana. Lalu pada abad ke-2 sebelum masehi, seorang penulis bernama Aulus Gellius sempat ragu membaca naskah yang tidak ada tanda bacanya. Ia memprotes dengan alasan takut salah memaknai sebuah makna. Tapi, tanda baca juga masih belum muncul dengan protesnya penulis tersebut. Barulah pada abad ke-3 sebelum masehi, seorang pustakawan bernama Aristophanes merasa sudah saatnya berbuat sesuatu untuk memudahkan membaca koleksi ratusan ribu gulungan yang ada di perpustakaannya.

Terobosan Aristophanes

Aristophane via bbc
Aristophanes via bbc

Aristophanes kemudian membuat tanda baca sederhana berupa titik di bagian tengah (·), bawah (.) atau atas (·) . Titik-titik tersebut berguna untuk memotong-motong teks yang terlalu panjang dan untuk menunjukkan jeda sederhana. Penggunaan titik tersebut tidak dijadikan penanda tata bahasa. Bisa dikatakan dari sinilah asal muasal tanda baca yang kemudian berkembang.

Sayangnya, penggunaan titik-titik ini kemudian dihentikan ketika Roma mengambil alih Yunani sebagai penguasa kekaisaran kuno. Salah satu pembicara terkenal Roma, Cicero, mengatakan bahwa akhir kalimat ditentukan oleh penekanan irama, bukan tanda baca yang ditentukan penulis naskah atau pembicara yang mengambil napas.

Jaman agama kristen

Alkitab via memorise
Alkitab via memorise

Orang-orang pagan jaman dahulu lebih suka meneruskan berita dari mulut ke mulut. Lain halnya pada saat agama kristen. Mereka lebih suka menuliskan mazmur dan Injil untuk menyebarkan firman Allah dengan baik. Di jaman ini buku menjadi identitas agama kristen, oleh karena itu muncullah huruf hias dan tanda pemisah paragraf (Γ, ¢, 7, ¶ dan lain-lain) dan banyak lagi tulisan meriah dengan ilustrasi lukisan yang rumit dan daun emas.

Pada abad ke-7 titik-titik Aristophanes berguna kembali dan mulai memiliki kejelasan. Seperti tanda titik rendah (.) mulai menjadi mirip koma berdasarkan ketentuan gramatika, sedangkan titik tinggi (·) adalah penanda akhir kalimat.

Abad ke-12

Garis miring via wamc
Garis miring via wamc

Seiring dengan berkembangnya jaman, tanda bacapun ikut berkembang. Tiga titik yang dicetuskan oleh Aristophanes tak begitu digunakan lagi, hanya menyisakan titik rendah sebagai penanda jeda dan bisa diletakkan dimana saja yang berfungsi sebagai titik atau koma. Kemudian penulis Italia bernama Boncompagno da Signa mengusulkan sistem tanda baca baru berupa garis miring (/) yang berarti jeda dan tanda datar (-) menghentikan kalimat. Tanda garis miring lah yang mengalami sukses besar dan masih sering digunakan sampai saat ini kalau kita memberi jeda pada pembacaan puisi.

Jaman modern

Tanda baca via theguardian
Tanda baca via theguardian

Pada puncak Renaisans penggunaan tanda baca merupakan perpaduan dari jaman Yunani kuno; titik dua, tanda tanya, dan tanda lainnya yang berasal dari simbol abad pertengahan; dan sejumlah pendatang baru seperti garis miring dan garis datar. Di sekitar tahun 1450-an saat Johannes Gutenberg menerbitkan Alkitab 42 baris, perkembangan tanda baca mandek.

Akhirnya dalam 50 tahun terakhir ini tanda baca tak pernah lagi mengalami perubahan; garis miring Boncompagno da Signa turun derajatnya menjadi koma modern. Mewarisi tanda baca jaman Yunani lama, titik koma dan tanda seru bergabung dengan titik dua dan tanda tanya; dan titik-titik Aristophanes mendapatkan kedudukan terakhir sebagai titik.

Tanda baca ternyata berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Dengan adanya komputer yang lebih maju daripada mesin cetak, tanda baca mulai menunjukkan geliatnya lagi. Seperti yang kamu lihat pada keyboard, semakin banyak kan tanda baca di sana?

Penggunaan tanda baca ini juga bergantung pada kita, para pembaca dan penulis. Terserah kita untuk memutuskan bagaimana kita akan memberi tanda baca pada kata-kata kita untuk 2.000 tahun ke depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *