Bukti-bukti kalau kuburan massal korban 65 memang nyata

Semenjak dilakukan Simposium 65 yang dilakukan pada 18-19 April 2016, kabar mengenai rekonsiliasi korban kejahatan kemanusiaan di masa Orde Baru terus bermunculan. Yang paling hits akhir-akhir ini adalah pencarian kuburan massal yang katanya fiktif belaka oleh Luhut Pandjaitan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia.

Ternyata kabar-kabar adanya kuburan massal itu benar, ditunjukkan dengan beberapa bukti yang ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Berikut faktanya untuk kalian.

Wonosobo

4
Penggalian di Wonosobo via youtube

Pada November 2000, dilakukan penggalian di hutan Situkup desa Dempes, Wonosobo, Jawa Tengah yang menghasilkan temuan kerangka atas orang-orang yang dibunuh secara bersamaan pasca tragedi 1965. Dikabarkan 21 orang dari daerah sekitar yang kala itu dituduh sebagai komunis ditangkap, kemudian dieksekusi oleh tentara dan dikubur dalam satu lubang.

Semarang

3
Kuburan massal di Semarang via youtube

Masih di Jawa Tengah, sekelompok pegiat Hak Azasi Manusia sudah lama melakukan penelitian untuk mencari bukti fisik dari kasus pembunuhan massal orang-orang yang dituduh komunis oleh tentara. Ditemukan pula di suatu hutan yang dijadikan tempat eksekusi kumpulan tulang belulang dari 12-24 manusia pada satu lubang.

Pati

Kuburan massal di hutan jati
Kuburan massal di hutan jati via bbcindonesia

Di kota lain yakni Pati, seorang laki-laki yang menjadi saksi malam pembunuhan puluhan tahanan di hutan jati Jeglong. Ia dipaksa oleh tentara untuk melihat secara dekat bagaimana 25 orang dibunuh dengan cara beragam dan dikubur dalam tiga lubang terpisah. Ada yang diikat kemudian ditembak, ada yang dimasukkan ke dalam tanah kemudian baru dihujani timah panas.

Purwodadi

Pemberitaan Poncke via historia

Seseorang bernama Mamik mengaku pernah turut membantai 50 orang anggota dan simpatisan PKI pada seorang penggiat HAM berkewarganegaraan Belanda. Ada sebuah kamp tahanan di Grobogan dan diyakini dilakukan pembunuhan terhadap 860 orang tahanan yang ditawan di sana. Poncke pun menyebarkan warta tersebut di media internasional dan termasuk salah satu orang yang memplopori penguakan kebenaran tragedi 65.

Pasuruan

Kuburan di Kebun Purwodadi via jatimtimes

Di desa Purwosari kabupaten Pasuruan, terdapat sebuah taman rekreasi bernama Kebun Raya Purwodadi yang ternyata juga menjadi tempat penjagalan puluhan simpatisan PKI. Salah satu orang yang pernah turun tangan membantu prosesi pembunuhan tersebut telah mengaku bahwa di suatu titik dimana sekarang sudah diberi sebuah nisan merupakan kuburan massal dari orang-orang tertuduh.

Watampone

Kakek Andy Noya beserta istri dan anak-anak via historia

Tidak hanya di Pulau Jawa, ternyata kuburan massal juga bisa ditemui di Watampone, Sulawesi Selatan. Salah satu dari orang yang tertuduh komunis dan dibantai adalah kakek dari Andi Noya, host dari acara Kick Andy. Kuburan massal itu diperkirakan menampung 40 tahanan dan 2 petugas penjara yang menolak untuk melakukan tindak kekerasan pada tahanan-tahanan tersebut.

Bali

Penggalian di Bali via baliekspress

Selain itu, di Bali juga pernah dilakukan pembongkaran jalan karena menurut pengakuan seorang pelaku sejarah pernah dijadikan lokasi pembantaian dan kuburan massal orang-orang yang dituduh komunis. Satu lubang tersebut diisi oleh 11 orang yang dibunuh bersamaan pada tahun 1966.

Buru, pulau cantik saksi bisu kekejaman orde baru

Mungkin kamu sudah sering dengar Alcatraz, pulau di California yang pernah digunakan sebagai penjara federal Amerika. Gak nyangka, ternyata Indonesia juga punya pernah punya tempat seperti itu. Namanya Pulau Buru, berada di daerah timur Indonsia dan pernah menjadi tempat pembuangan tahanan politik negara. Berikut sejarah pulau cantik yang menjadi saksi bisu kekejaman Orde Baru.

Geografis Pulau Buru

Pulau Buru via wikipedia

Pernah dengar nama pulau ini? Pulau Buru merupakan pulau ketiga terbesar di Kepulauan Maluku. Pulau ini pertama kali ditemukan pada tahun 1365 dan menjadi salah satu lahan subur bagi penjajah dari Belanda dan Portugis untuk meraup hasil buminya, yakni cengkeh. Keadaan tanah di Pulau Buru cukup berawa dan tumbuhan yang terkenal adalah pohon sagu, yang menjadikannya sebagai makanan pokok masyarakat Pulau Buru disamping nasi.

Pulau ini sekarang dikenal dengan potensi pariwisata pantai dan alamnya yang cantik. Namun, dibalik keindahan wisata alam dari pulau Buru, tersimpan cerita pahit tentang kekejaman Orde Baru.

Pulau Buru di masa Orde Baru

Tapol Orde Baru via dokumentasi pribadi
Tapol Orde Baru via dokumentasi pribadi

Nama Pulau Buru menjadi dikenal masyarakat luas begitu tempat itu dipilih sebagai ‘tempat pemanfaatan’ bagi tahanan politik Orde Baru. 12.000 orang yang dituduh memiliki kaitan dengan tragedi G30S dan kelompok komunis, tani, dan buruh ditangkap di puluhan kota di Jawa dan Sumatera kemudian dibuang ke Pulau Buru. Pemberangkatan para tapol itu dimulai sejak tahun 1969, dan mereka ditempatkan di barak-barak yang menyebar di Pulau Buru. Wilayah pembangunan tapol di pulau tersebut merupakan penjara alam dalam satu cekungan yang dikelilingi tembok hutan belukar dan perbukitan.

Kehidupan tapol di Pulau Buru

Tonwal di Pulau Buru via visualdocumentationproject

Tapol Orde Baru menjalani kehidupan yang sangat tersiksa selama dipenjara di Pulau Buru. Mereka diwajibkan menggarap berhektar tanah rawa menjadi lahan siap tanam padi, bekerja mulai pagi sampai malam tanpa imbalan gaji, malah dibayar dengan siksaan dan makanan yang tidak layak. Siksaan diberikan oleh peleton pengawal latihan ABRI yang ditugaskan untuk mengawasi tapol di tempat pembuangan.

Kehidupan yang menyiksa tersebut membuat banyak tapol yang meninggal di sana; beberapa karena sakit, mati karena dihajar petugas, tenggelam di sungai, bunuh diri, atau bahkan diserang hewan buas atau bentrok dengan masyarakat suku asli Pulau Buru.

 Misteri Pulau Buru

Makam tapol yang meninggal via visualdocumentationproject

Sejak tahun 1976, para tapol dipulangkan dari Pulau Buru. Dan sampai sekarang, masih ada beberapa tapol yang bertahan di Pulau Buru karena berbagai alasan. Tentu saja tidak mudah bagi mereka untuk melupakan begitu saja pengalaman yang sudah dialami, siksaan yang pernah dirasakan, dan pengkhianatan negara pada mereka karena sudah dipenjara bertahun-tahun tidak pernah menjalani pengadilan yang sah.

Kecantikan pesisir laut Banda yang bisa dinikmati oleh wisatawan sebenarnya menyimpan banyak cerita para tapol Orde Baru yang harus menjalani kehidupan berat di sana.